
Satu showcase dari pengembaraan Alam Taslim dan Igor.
Menyajikan panel-panel kayu yang dilukis dengan gambar mural Igor selama tahun 2018 mengembara dari Bandung, Ubud, Jakarta, Jogjakarta, Surakarta, Makassar, Medan, Surabaya, Singapura dan kembali lagi ke Jakarta. Berbagi kemeriahan rasa dari Igor yang playon (bermain-main dengan lari-larian) ke sana kemari.
27 Oktober – 25 November 2018.
That’s Life Coffee.
2018 adalah tahun spesial bagi Alam dan Igor (monster mi instan ciptaannya). Berbekal dengan 1 koper saja, mereka melakukan pengembaraan ke berbagai kota: Bandung, Ubud, Jakarta, Jogja, Surakarta, terbang hingga Makassar, lompat ke Medan dan kota-kota lain di Sumatera Utara, singgah ke Surabaya, mlipir di Singapura sebelum akhirnya kembali ke Jakarta. Secara kekaryaan, mereka pun tuntas menunaikan beberapa project dan aktivitas: Program Residensi (di Tobucil & Klabs Bandung, Mogus House Jogja, Secangkir Kopi & Sepetak Ruang Makassar), commissioned project di Surabaya dan Singapura atau sekadar plesir. Mural menjadi pilihan Alam Taslim untuk meninggalkan luka-dan-kenangan jejak di masing-masing kota. Igor nangkring di tembok di kota-kota tersebut dengan macam-macam alasan yang saling tidak nyambung satu sama lain: karena ingin merespon tempat, diajak teman, atau karena iseng saja sebagai hasil ke-selow-an. Cairnya ekspresi selama pengembaraannya itu dirangkumdalam showcase Playon.
Seperti kata pepatah, “Everybody has a bag of rock to carry,” luwesnya kepribadian-kepribadian baru yang diracik Alam melalui Igor menjadi refleksi diri kegelisahan-kegelisahannya. Igor disajikan dalam karakter yang mandiri dan bervariasi (ditunjukkan melalui penggambaran gestur); satu saat dia kuat, di kesempatan yang berbeda dia tenang atau malah bisa sangat tengil. Dalam mural Mengarungi Bebacotan Netizen, misalnya, Igor duduk di atas mangkok sambil sedekap tenang di atas bibir-bibir yang berterbangan. Atau, melalui IGROWL, Igor adalah entitas kolektif dari kenangan waktu dia dan teman-temannya makan mi yang dimasak bareng dalam satu panci. Dua mural di Kafe (Ruang Seduh, Jogja dan Secangkir Kopi, Makassar), dan mural si kembar LiGor-TiGor, mural terbaru yang dia buat di Singapura, masing-masing adalah respon Alam atas konsep “brand” masing-masing tempat. Dan Igor bertopi rantang yang dia lukis di tembok Tobucil & Klabs adalah penggambaran Bandung di mata dia. Pada mural yang copy-based,Igor juga bisa jadi sebuah artwork yang puitis dengan “Senja Tak Salah atas Pagi yang Buta” atau “Hati-hati MengUTARAKAN hati, ketika Hatinya di Ujung SELATAN”-nya. Bisa juga menjadi ungkapan frustrasi atas romantisme dengan “Kumakan Cintamu Malam Ini, Besok Pasti Jadi Tai.” Semuanya menunjukkan bagaimana Igor bisa di-manifestasi-kan ke bentukan-bentukan eksploratif, sesuai dengan konteks-konteks yang ingin dibangun Alam.
Playon, sebagai showcase napak tilas, memberi kesempatan dan perayaan bagi beberapa kepribadian-alter ego ini untuk dilihat bersamaan dalam satu ruang. Dengan dilukis ulang di atas panel-panel kayu, Playon mengajak kita berlari-lari dari satu alter ego kegelisahan ke alter ego lain dengan mood yang beragam. Showcase ini menjajakan cerita-cerita dari pengalaman, nyinyirnyapergulatan-pergulatan batin dan pergaulan Alam Taslim dan anak monsternya dengan ruang dan waktu.
Seperti menikmati mi instan, hidup ini juga tidak lepas dari micin-micin dengan varian rasa yang beragam. Selama dikonsumsi dengan takaran dan frekuensi yang pas, kepribadian-kepribadian Igor yang terus berlarian ini tetap aman bagi kesehatan mental, kantong dan raga.

Alam Taslim memulai project Igor Satu Mangkok pada tahun 2015. Berbekal ilustrasi mi instan, mangkok ayam, telur ceplok dan sayur hijau, Igor berhasil merebut hati banyak orang. Igor seakan menjadi ikon pas bagi para anggota anti-sekarat-sekarat-club di akhir bulan. T-shirt dan merchandise-merchandisenya yang dibuat terbatas pun laku diserbu para pengabdi micin.
Selain dihidangkan ke dalam bentuk merchandise, Alam juga menyajikan Igornya di beberapa showcase dan pameran (tunggal atau kolaboratif): showcase archIGORpelago (2016) di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, pameran tunggal Nyamm! (2017) di Paviliun 28 Jakarta, pameran kolaboratif A Glimpse of Humanity (2017) di Museum Arma Ubud, dan rangkaian showcase IGOR KolaborAsik di Littletalks Ubud (2017), Kulidan Kitchen (2017), Tobucil & Klabs Bandung (2018) dan Ruang Seduh Jogja (2018).
Media partner: www.kopikeliling.com